Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj
mengatakan, di Indonesia ulama berperan besar dalam menjaga keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ketika terjadi huru-hara,
pemberontakan politik, atau kerusuhan lainnya, posisi ulama selalu
menjadi garda terdepan.
“Ulama Indonesia berperan persatukan dan rekonsiliasi masyarakat yang sangat beragam ini,” katanya saat menghadiri acara pelantikan Pengurus Cabang Nahdatul Ulama (PCNU) Depok di Masjid Kubah Emas, Depok, Jawa Barat, Kamis (15/5/2014).
Menurut
alumni Universitas Ummul Qura yang akrab disapa Kang Said ini, NU
merupakan wadah masyarakat yang menjalankan fungsi keagamaan dan
kebangsaan. Ia menambahkan, hanya ada dua kepentingan NU, yakni
mengamalkan dan mendakwahkan Islam, dan mempertahankan negara Indonesia
selamat, utuh, dan tak ada perang saudara.
“Islam tak usah dipolitikkan. Suku apapun, agama apapun, kalau salah
harus dihukum, itu negara hukum. Bagi NU, agama Islam diamalkan, negara
dipertahankan, ukhuwah islamiyah disebarkan. Harus punya komitmen
bersama menjaga persatuan dan kesatuan tanah air, keutuhan NKRI. (Hal
ini) sama pentingnya dengan mengamalkan agama Islam,” tuturnya.
Seperti Negara Madinah
“Soal komitmen bernegara, Indonesia hampir mirip negara Madinah yang
didirikan Rasulullah 15 abad silam. Memang sejarah inilah yang dijadikan
landasan NU membangun negeri ini. Jelas berbeda sekali dengan negara
Islam lainnya. Soal komitmen bernegara, mereka harus belajar kepada
kita,” ujar Kiai Said bangga.
Said Aqil mencontohkan, Afghanistan 100 persen agamanya Islam, 99
persen Sunni, thariqahnya Naqsyabandiy, 1 persen Syiah. Tapi perang
terus tiada henti. Padahal Islam semua. Sebabnya, mereka tidak mempunyai
komitmen membangun kekuatan dan persatuan Tanah Air. “Somalia di Afrika
Timur 100 persen agamanya Islam, 100 persen Sunni. Syiah nggak ada.
Tapi, sama saja perang terus. Bahkan, negara ini kini bangkrut dan
menjadi negara gagal,” ujarnya.
Angkatan laut Somalia, tambah Kiai Said, kini justru menjadi bajak
laut yang merompak kapal-kapal yang lewat negaranya. Mereka juga tidak
memiliki komitmen bersama untuk memperjuangkan persatuan dan kesatuan
tanah air.
“Oleh karena itu, bagi NU sekali lagi keutuhan NKRI, keutuhan negara
sama pentingnya dengan mengamalkan agama. Artinya, ketika kita
mengamalkan agama Islam dalam rangka mempersatukan Tanah Air dan
demikian sebaliknya,” tegas Said.
Kang Said mengatakan, NU sejak dulu masuk di dalam sendi-sendi
seluruh unsur masyarakat. “Karena NU ini bukan parpol, bukan di bawah
pemerintah, bukan birokrasi. NU milik masyarakat. NU ada di tentara,
polisi, birokrat, profesi, ulama, itu masyarakat namanya,” jelasnya.
http://muslimedianews.wordpress.com/2014/06/19/indonesia-seperti-negara-madinah/
0 komentar:
Posting Komentar