Social Icons

Rabu, 29 April 2015

JANGAN SEENAKNYA MENDAKI GUNUNG, MENDAKI JANGAN SOK-SOK AN

SESUATU di balik G.SINDORO ( NYATA !!!) :

Ilustrasi ; Mendaki Gunung

[terbit:11 April 2015]
Semalam Tim Sindoro Sumbing ngobrol dgn sseorg yg aneh dan tidak dikenal di antara hiruk pikuknya kesibukan di Base camp Kledung... Orang yang gak mau disebut namnya dan tidak boleh diambil gbr nya tersebut mampu ngobrol dg 'mereka' yg menyembunyikan survivor, mengapa sampai saat ini blm ditemukan.


Perbincangan Tim dengan Seseorang Tak dikenal tsb,,

Orang Tak Dikenal ( OT) :
'Mereka' blg: gunung bkn tempat utk senang2 melainkan tempat perenungan utk manusia spya selalu tahu diri bahwa kita kecil dihadapan-NYA,Gunung jg bkn sebagai tempat bikin gaduh ataupun pesta dg se-enaknya. Karena dl gunung tempat2nya orang tirakat yg ingin belajar tahu diri .....Tapi saat ini malah dijadikan ajang utk bangga banggaan diri dan tempat dimana orang2 banyak yg tidak menghormati keberadaan 'kami' disini,,,,

,'Kami' tdk minta banyak dr kejadian ini, hanya ingin jadi peringatan semuanya utk selalu menjaga aturan dimanapun tempatnya,

'kami' prihatin gunung jadi jak jakan (bhs jawa) saat ini, tempat 'kami' merasa dinjak2 & sangat terganggu dg tingkah kalian yg kurang sopan

Lihat saja mereka tim pencari, merasa kuat dan merasa bisa dlm hal ini tanpa minta bantuan-NYA.

Padahal 'la haula wala quwwata illa billah' Sampai kapanpun kalau mereka masih memakai rasa 'bisa'nya, teman kalian ini yang 'kami' sembunyikan tidak akan pernah 'kami' lihatkan

Coba tundukkan kepala sejenak introspeksi diri dan luluhkan rasa sombong kalian utk memohon kepada-NYA utk kebaikan ini semua
Masuk waktu ibadah saja kalian tdk semua mendatanginya (masjid) pdhl dkt dr tempat kalian berada (basecamp) disitu kalian butuh bantuanNYA

Strategi sebaik apapun tanpa campur tanganNYA sia2. 'Kami' hy akan melihatkan teman kalian (survivor) kl kalian mau menghilangkan rasa bisa Buat apa mengunjungi tempat kami (gunung) kl hati kalian masih punya rasa sombong. Padahal kita tdk ada apa2nya dihadapan-NYA 
Banyak yg mengucap syukur saat dipuncak atas kebesaran-NYA tp tdk diikuti prilaku akhlaq sebagaimana yg terucap ketika sdh turun (gunung) Berarti ucapan tadi hanya ucapan kosong tdk sampai hati kalian.

Coba renungkan pesan 'kami' ini semoga bisa jadi rujukan...Utk bs menemukan (survivor) yg saat ini kalian cari. Mari saling berintrospeksi sama2 ciptaan-NYA salinglah menghormati jgn menyakiti

Ingat! 
Selama kalian merasa 'bisa' sampai kapanpun 'kami' tidak akan bantu melihatkan keberadaan teman kalian (survivor)

Buat apa kalian tirakatan (mujadahan) kl hanya ketika ada keinginan, kami disini sebelum kalian juga sering mujadahan,,'Kami' mmg penjaga tapi 'kami' tdk minta sajen dan sebagainya. Tp minta kesadaran diri utk saling menghormati krn hidup kita berdampingan ,,,,Kalian beragama 'kami' juga beragama. Kalian hidup bermasyarakat 'kami' pun juga sama. Jadi ayo saling menjaga jgn buat se-enaknya,,,Nanti tetap akan sia2 meskipun apapun mau dikerahkan kl kalian masih saja berkutat di rasa 'bisa'nya. Karena kita sama dihadapan-Nya

Kalian pasti akan setuju 'kami' melakukan ini semua kl kalian tahu perbuatan kebanyakan kalian yg mengunjungi tempat 'kami' (gunung),,Sudah lama 'kami' diam dg tingkah kalian di tempat kami (gunung), ini saat yg tepat utk saling mawas diri dan saling berintrospeksi
Semoga bisa utk perenungan kalian dan 'kami', kalian punya aturan kami pun juga ada.

Sebesar apa niat kalian akan menghilangkan rasa 'bisa' dan kesombongan?

'Kami' pun siap bekerjasama utk kebaikan semua, Tidak menutup kemungkinan teman 'kami' penjaga gunung dimanapun berada akan berbuat sama kl kalian berbuat se-enaknya

TIM Sindoro Sumbing (TSS) :
Mohon berkenan utk ikut urun rembug di Posko induk

Orang Tak Dikenal ( OT) :
Tidak .. Karena sdh bbrp hari ini saya disini dan coba usul tapi tdk ada yg menggubris.....,Dan tim disanapun sudah ada 9 orang pinter yang membantunya jadi buat apa saya disana toh tdk ada yang menggubris....
Lebih baik kita tetap berdoa saja utk kebaikan semuanya, insyaAllah tidak ada yang sia sia,

pesan dia ke Tim Sindoro Sumbing sambil berlalu .....entah kemana ... Kabut turun ,,,



Diambil dari Backpacker Nusantara 11 April 2015, ditengah pencarian korban tersesat di Gunung Sindoro sejak 2 April 2015 Copy paste dari #tri


Info :
Zaenuri Ahmad, Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta hilang sejak 2 April 2015, dan ditemukan tewas pada Rabu, 15 April 2015

Koodinator Lembaga Penanggulangan Bencana Muhammadiyah wilayah Surakarta dan Kedu, Eko Hari Mursanto, korban ditemukan sekitar pukul 11.45 WIB, pada lokasi sesuai dengan pesan singkat (SMS) terakhir yang dikirim korban pada temanya beberapa saat setelah hilang. “Sekitar pukul 15.00 korban sms kalau tersesat di aliran sungai, oleh temanya sms itu baru dibuka pada pagi harinya sekitar pukul 16.00. Lokasi penemuan di tempat itu,” kata Eko pula.



Lokasi penemuan tersebut sebenarnya sudah berulang kali disisir baik dari bawah ke atas maupun dari atas ke bawah. Namun demikain baru kemarin bisa menemukan korban.

“Tempat itu sudah berulang kali disisir, tapi berhari-hari belum ditemukan. Wallahualam bissawab. Alhamdulillah telah ditemukan.,”

Senin, 27 April 2015

CINTA TANAH AIR - TETAP CINTA INDONESIA - Habib Lutfi Bin Yahya


Lirik Lagu "CINTA TANAH AIR"
Karya: Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi binYahya

Keindahan bumi pertiwi #
Terhias untaian mutiara
Pembangun bangsa yang sejati # Harum namanya di Nusantara
Jejak-jejak para Pendahulu # Sejarah saksi kehidupannya
Tersurat tersirat masa lalu #
Jadi bekal untuk penerusnya {2x}
Merah putih melekat di dada # Disinari pancaran imannya
Di manapun ia berada #
Tetap cinta Indonesia
Pejuang agama kemerdekaan # Cermin untuk setiap pribadinya
Banyak sudah yang melupakan # Yang sehingga mudah digoyahkan { 2x}
Reff :
Wahai bangsaku yang kubanggakan #
Relakah negerimu terpecah belah
Melenturnya kepercayaan #
Fitnah melanda bagaikan wabah
Bangsa yang besar akan menghormati #
Para Pemuka dan para Leluhurnya
Baginya tiada hidup tanpa arti #
Amanah tertumpu masa depan dipundak nya
{Ref 2x}
Coda :
Merah putih melekat di dada # Disinari pancaran imannya
Di manapun Ia berada #
Tetap cinta Indonesia
Kesatuan dan Persatuan # Benteng yang kokoh di Nusantara
Jati diri insan yang bertuhan # Menjaga keutuhan Negara
{Coda 3x}

CINTA TANAH AIR (Syubban Wathon)

Mars Syubbanul Wathon (Cinta Tanah Air)
Mars Syubbanul Wathon (Cinta Tanah Air)



Karya: KH. Abdul Wahab Chasbullah (1934)
(Ijazah KH. Maemon Zubair Tahun 2012)

ياَ لَلْوَطَنْ ياَ لَلْوَطَن ياَ لَلْوَطَنْ

حُبُّ الْوَطَنْ مِنَ اْلإِيمَانْ

وَلاَتَكُنْ مِنَ الْحِرْماَنْ

اِنْهَضوُا أَهْلَ الْوَطَنْ

اِندُونيْسِياَ بِلاَدى

أَنْتَ عُنْواَنُ الْفَخَاماَ

كُلُّ مَنْ يَأْتِيْكَ يَوْماَ

طَامِحاً يَلْقَ حِماَمًا ( قضاء الموت وقدره)


Pusaka Hati Wahai Tanah Airku
Cintaku dalam Imanku
Jangan Halangkan Nasibmu
Bangkitlah Hai Bangsaku
Pusaka Hati Wahai Tanah Airku
Cintaku dalam Imanku
Jangan Halangkan Nasibmu
Bangkitlah Hai Bangsaku
Indonesia Negriku
Engkau Panji Martabatku
Siapa Datang Mengancammu
Kan Binasa di bawah durimu

Mars Syubbanul Wathon dianjurkan untuk dinyanyikan setiap kegiatan NU yang dilantukan setelah Lagu Indonesia Raya, dan dalam kesempatan ini kami menyertakan file MP3 agar bisa dihafalkan oleh kader NU dimanapun berada untuk dilantunkan dan diamalkan sebagai bentuk pengabdian kita terhadap NKRI. Download MP3 : Mars Syubbanul Wathon. MP3

Nasionalis Vs ISIS, Rasulullah Sangat Nasionalis

Muslimedianews.com ~ "Rasulullah Saw. sangat Nasionalis."

Apabila Ulama, TNI dan Polri bersatu, rakyat sulit untuk dipecah-belah. Persatuan kita sangat penting, untuk mengisi kemerdekaan dan membangun negara tercinta ini. Membangun negeri ini tidak semudah membalik telapak tangan. Perlu waktu, perlu kesabaran dan keuletan. Saat Nabiyullah Muhammad Saw. diangkat menjadi rasul, perintah mendirikan shalat ada, setelah 10 tahun. Artinya semua hal membutuhkan proses.


Rasulullah Saw. sangat nasionalis dan selalu menanamkan rasa nasionalisme kepada para sahabatnya. Rasulullah Saw. sangat mencintai Bumi Arab. Beliau sering menyatakan diri; "Saya adalah Bangsa Arab." Nah, untuk itu, kita Bangsa Indonesia, harus bangga dan lantang menyatakan; "Saya Orang Indonesia." Apapun suku kita, baik Jawa, Sunda, Arab, India, China atau manapun, jika kita terlahir di negeri ini, teriakkan dengan lantang; "Saya Orang Indonesia!"

Dalam era global ini, silaturahim antaranak bangsa sangat dianjurkan, karena mampu lebih mengakrabkan dan membersatukan. Ulama, TNI dan Polri adalah orangtua kita semua. Dan sebagai orangtua, harus memberi suritauladan. Jika tidak, maka akan mengurangi kewibawaan ulama, TNI dan Polri sendiri.

Saat ini, Indonesia dengan mudah diobok-obok. Wibawa kita sebagai bangsa besar dipertaruhkan. Meski demikian, sekali lagi, selagi ulama, TNI dan Polri bersatu, kewibawaan Indonesia akan kembali lagi. Tidak perlu diperdebatkan, apa lagi kita membahas hal-hal lain.

Tugas setiap warga negara adalah mengisi kemerdekaan ini untuk hidup yang lebih baik. Namun hingga kini, banyak dari anak bangsa masih mempeributkan hal-hal sepele. Kita harus berubah. Ketika negara lain sudah maju, kita masih memperdebatkan Tahlil, Maulidan, penentuan tanggal satu Ramadhan, Syawal dan lain sebagainya. Bagaimana kita bisa maju? Negara luar, ada yang mempunyai nuklir, membuat pesawat tempur, bom, kapal perang, pesawat reguler dan lain sebagainya. Apa yang telah dilakukan negeri ini?

Kedua, di bidang kedokteran, alat-alat bedah dan lain sebagainya, negara luar yang memproduksi. Apa negara kita tidak mampu mendirikan universitas tingkat internasional yang mampu mengangkat dunia Islam Lihat juga pertanian kita yang amburadul. Padahal kita mempunyai tanah yang sangar luas dan subur.

Banyak hal di negeri ini yang bisa dimanfaatkan untuk menegaskan kebesaran NKRI. Negeri ini mempunyai posisi yang sangat strategis. Kita mempunyai jangkauan ke seluruh penjuru dunia. Andai letak itu kita manfaatkan dengan baik dan benar, sisi lain, kita kuat, kita akan menjadi negara yang besar, berwibawa dan makmur. Negara tetangga pun akan berfikir panjang untuk macam-macam terhadap kita.

Tirulah air laut. Air laut mempunyai jati diri dan nasionalisme yang luar biasa. Meski selalu mendapatkan air tawar dari daratan dan hutan, meski mendapatkan bermacam-macam limbah, namun air laut tetap berasa asin. Apa pun yang mengotori laut, tidak mampu menghilangkan rasa asin air laut. Meski demikian, penghuni laut, tidak pernah mengintervensi ikan air tawar. Mereka mampu memposisikan diri dengan sangat luar biasa.
****
(Resume ceramah Rais Amm Jam’iyyah Ahlith Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyah (JATMAN), Habib Luthfi bin Yahya, dalam acara Silaturahim Mursyid Thariqah se-Indonesia bersama TNI-Polri, di Pekalongan, Sabtu 24 Januari 2015, dengan tema “Kebersamaan TNI, Polri dan Ulama, Untuk Memperkuat Nilai-Nilai Sejarah UUD ’45 dan Pancasila dalam Membentengi NKRI dari Pengaruh Kelompok Radikal dan ISIS, Serta Upaya Menuju Negara Poros Maritim”. Selain dihadiri ribuan mursyid dari 43 aliran thariqah yang tergabung dalam Jatman seluruh Indonesia, acara silaturahim ini juga dihadiri beberapa ulama dari Syiria, Yaman, Turki dan lain sebagainya. Tulisan ini diolah dari nujateng.com/ by : Sya'roni al-Samfury).

Senin, 20 April 2015

Sugeng Rawuh Wulan Rejeb

sedikit berbagi, begitu berarti…

قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتَابِ اللهِ يَوْمَ خَلَقَ اللهُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌج ذلِكَ الدِّيْنُ اْلقَيِّمُ فَلاَ تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا اْلمُشْرِكِيْنَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَافَّةًج وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ مَعَ اْلمُتَّقِيْنَ

Allah swt. berfirman: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa”. (QS.At-Taubah:36)

Bulan Rajab memiliki beberapa nama, diantaranya: 1. Rajab Mudhor, 2. Munashilul Asinnah, 3. Syahrullahil Ashom, 4. Syahrullahil Ashob, 5. As-Syahrul Muthohhir, 6. As-Syahrus sabiq, 7. As-Syahrul Fardu. Adapun disebut Rajab Mudhor karena kaum kafir mendo’akan kejelekan bagi kabilah Mudhor di bulan Rajab, maka kemudian Allah binasakan kaum kafir. Disebut Munashilul Asinnah karena mereka dahulu mencabut mata tombak, menyarungkan pedang dan panah mereka sebagai tanda memuliakan bulan Rajab. Disebut Syahrullahil Ashom karena bulan Rajab tuli dari kesalahan dan kejelekanmu dan mendengar kebaikan dan kemuliaanmu orang mu’min, agar tidak bersaksi yang memberatkan di hari kiamat, bahkan menjadi saksi pembela karena ia mendengar kemuliaan dan kebaikan amalmu di bulan Rajab. Disebut Syahrullahil Ashob karena di bulan Rajab Allah melimpahkan rahmat kepada hamba-hambaNya berupa kemuliaan dan pahala ganjaran yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan terlintas di hati manusia. Disebut As-Syahrul Muthohhir karena ia membersihkan orang yang berpuasa di bulan Rajab dari semua dosanya. Disebut As-Syahrus sabiq karena bulan Rajab merupakan bulan haram pertama. Disebut As-Syahrul Fardu karena terpisah sendiri dari bulan-bulan haram lainnya.
Keutamaan-keutamaan Bulan Rajab:
  1. Dari Sahal bin Sa’ad ra. bahwa Nabi saw. telah bersabda: “Ingatlah sesungguhnya bulan Rajab termasuk bulan haram, di bulan Rajab Allah swt. membawa Nabi Nuh di dalam Bahtera Kapal, maka Nabi Nuh berpuasa dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa di bulan Rajab, maka Allah swt. menyelamatkan dan mengamankan mereka dari tenggelam, dan Allah bersihkan bumi dari kekufuran dengan angin topan.”
  2. Dari Abi Sa’id Al-Khudry ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram, maka Rajab adalah Syahrullahil Ashom, dan tiga bulan lainnya berurutan yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharrom. Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban bulanku dan Romadhon bulan umatku, maka siapa saja yang puasa 1 hari di bulan Rajab dengan penuh keimanan dan keikhlasan maka ia berhak mendapat ridhoNya dan menempati surga Firdaus, dan siapa saja yang puasa 2 hari di bulan Rajab maka diberikan baginya pahala 2 kali lipat, setiap kelipatan seberat gunung-gunung dunia, dan siapa saja yang puasa 3 hari di bulan Rajab, Allah jadikan parit pemisah antara dirinya dan api neraka sejauh setahun perjalanan cahaya, dan siapa saja yang puasa 4 hari di bulan Rajab, ia dipelihara dari segala balahi, penyakit gila, lepra, dan fitnah dajjal, dan siapa saja yang puasa 5 hari di bulan Rajab, ia dipelihara dari azab qubur, dan siapa saja yang puasa 6 hari di bulan Rajab, ia keluar dari quburnya dengan wajah yang lebih terang daripada bulan purnama, dan siapa saja yang puasa 7 hari di bulan Rajab, Allah tutup darinya 7 pintu neraka Jahannam, dan siapa saja yang puasa 8 hari di bulan Rajab, Allah bukakan baginya 8 pintu surga, dan siapa saja yang puasa 9 hari di bulan Rajab, ia keluar dari quburnya sambil berseru: Lailaahaillallah, dan ia menuju ke surga, dan siapa saja yang puasa 10 hari di bulan Rajab, Allah jadikan baginya tempat peristirahatan di setiap mil as-Shiroth, dan siapa saja yang puasa 11 hari di bulan Rajab, tiada yang mendapat ni’mat yang lebih utama darinya, dan siapa saja yang puasa 12 hari di bulan Rajab, Allah memakaikan untuknya 2 mahkota, yang lebih baik dari dunia beserta isinya, dan siapa saja yang puasa 13 hari di bulan Rajab, diletakkan untuknya hidangan makanan di bawah naungan arasy, dan siapa saja yang puasa 14 hari di bulan Rajab, Allah berikan untuknya ni’mat yang tak pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan terlintas di hati manusia, dan siapa saja yang puasa 15 hari di bulan Rajab, Allah tetapkan ia dalam golongan al-Aminin, dan setiap malaikat dan Nabi yang bertemu dengannya akan berkata: ‘Sungguh kebagian bagi anda karena anda termasuk golongan al-Aminin, dan siapa saja yang puasa 16 hari di bulan Rajab, maka ia termasuk orang yang pertamakali bertemu Allah ar-Rohman, memandang wajahNya dan berbicara denganNya, dan siapa saja yang puasa 17 hari di bulan Rajab, Allah jadikan baginya tempat peristirahatan di setiap mil as-Shiroth, dan dan siapa saja yang puasa 18 hari di bulan Rajab, ia akan mendekati qubah Nabi Ibrahim as., dan dan siapa saja yang puasa 19 hari di bulan Rajab, Allah bangunkan untuknya gedung di hadapan gedung Nabi Ibrahim dan Nabi Adam as., dan dan siapa saja yang puasa 20 hari di bulan Rajab, ada seruan dari langit: “Wahai hamba Allah, Allah telah mengampuni semua dosamu yang telah lalu, maka mulailah beramal!”.
  3. Sayyidina Ali bin Abi Tholib ra. berkata: Rosululullah saw. bersabda: “Sesunggguhnya bulan Rajab adalah bulan yang agung, siapa saja yang puasa 1 hari di bulan Rajab, niscaya Allah tuliskan baginya puasa 1000 tahun, siapa saja yang puasa 2 hari di bulan Rajab, niscaya Allah tuliskan baginya puasa 2000 tahun, siapa saja yang puasa 3 hari di bulan Rajab, niscaya Allah tuliskan baginya puasa 3000 tahun, siapa saja yang puasa 7 hari di bulan Rajab, ditutup darinya semua pintu neraka jahannam, siapa saja yang puasa 8 hari di bulan Rajab, dibukakan baginya 8 pintu surga yang bebas ia masuki, siapa saja yang puasa 15 hari di bulan Rajab, semua kejelekannya diganti dengan kebaikan, dan akan berseru penyeru dari langit: sungguh telah diampuni semua dosamu, maka mulailah beramal!, maka siapa yang lebih dari itu, Allah akan menambah pahala ganjarannya”.
  4. Sayyidina Anas bin Malik ra. berkata: Rosulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya di surga ada sebuah sungai yang disebut sungai Rajab, warnanya lebih putih daripada susu dan lebih manis daripada madu, siapa saja yang puasa 1 hari di bulan Rajab, niscaya Allah minumkan ia dari air sungai itu”.
  5. Sayyidina Abu Hurairah ra. berkata: “Rosulullah saw. tidak pernah berpuasa sebulan penuh setelah Romadhon selain bulan Rajab dan Sya’ban”.
  6. Sayyidina Anas bin Malik ra. berkata: Rosulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang puasa 3 hari di bulan Haram, hari Kamis, Jum’at dan Sabtu, niscaya Allah tuliskan baginya pahala beribadah selama 900 tahun”.
  7. Sayyidina Husain bin Ali ra. berkata: “Puasalah di bulan Rajab karena puasa di bulan Rajab merupakan sarana taubat dari Allah swt.”.
  8. Sayyidina Salman Al-Farisi ra. berkata: Aku pernah mendengar Rosulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang puasa 1 hari di bulan Rajab maka seolah-olah ia puasa 1000 tahun dan membebaskan 1000 orang hamba sahaya, siapa saja yang bersedekah di bulan Rajab, maka seolah-olah ia bersedekah 1000 dinar, dan Allah menuliskan untuknya dari setiap rambut di badannya 1000 kebaikan, dan Allah mengangkatnya 1000 derajat, dan Allah hapuskan darinya 1000 kejelekan, dan Allah tuliskan untuknya dari setiap puasa dan sedekahnya di bulan Rajab pahala 1000 haji dan 1000 umroh, dan Allah bangunkan untuknya di surga 1000 rumah, 1000 gedung dan 1000 ruangan, disetiap ruangan 1000 kamar, disetiap kamar 1000 bidadari yang lebih indah daripada matahari 1000 kali”.
  9. Nabi SAW telah bersabda: “Siapa saja yang membaca “Subhanal hayyil qoyyum” 100 x pada sepuluh hari pertama bulan Rajab, dan membaca “Subhanallahil Ahadis Shomad” 100 x pada sepuluh hari kedua, dan membaca “Subhanallahirrouuf” 100 x pada sepuluh hari ketiga. Maka tidak akan bisa digambarkan betapa banyak pahala yang diberikan Allah SWT.”
  10. Nabi SAW. telah bersabda: “Ingatlah sesungguhnya Bulan Rajab adalah bulan Allah, bulan Sya’ban adalah bulanku dan bulan Ramadhan adalah bulan ummatku. Maka, siapa saja yang puasa satu hari di bulan Rajab dengan penuh keimanan dan hanya mengharap pahala dari Allah SWT. pasti Allah akan memberikan keridhoan-Nya dan menyediakan Surga Firdaus sebagai tempat tinggalnya”
  11. Dan masih banyak yang lainnya.
Beberapa hal lain mengenai Bulan Rajab:
1-    رَجَبُ ثَلاَثَةُ أَحْرُفٍ رَاءٌ وَجِيْمٌ وَبَاءٌ فَالرَّاءُ رَحْمَةُ اللهِ وَاْلجِيْمُ جُوْدُهُ وَاْلبَاءُ بِرُّهُ
1. Rajab ada tiga huruf: Ro’, Jim dan Ba. Ro artinya Rohmatullah (kasih sayang Allah), Jim artinya Judullah (Sifat dermawan Allah), Ba artinya Birruhu (Kebaikan Allah).
2-       رَجَبُ شَهْرُ إِلْقَاءِ اْلبَذْرِ وَشَعْبَانُ شَهْرُ السَّقْيِ وَرَمَضَانُ شَهْرُ اْلحَصَادِ فَمَنْ لَمْ يَزْرَعْ بَذْرَ الطَّاعَةِ فِيْ رَجَبَ وَلَمْ يَسْقِهَا بِمَاءِ اْلعَيْنِ فِيْ شَعْبَانَ كَيْفَ يَصِلُ إِلىَ حَصَادِ الرَّحْمَةِ فِيْ رَمَضَانَ.
2. Rajab adalah bulan menaburkan benih,  Sya’ban adalah bulan menyiram, dan Romadhon adalah bulan memanen hasilnya. Maka siapa saja yang tidak menanam benih ta’at di bulan Rajab, dan tidak menyiramnya dengan air mata taqorrub illallah di bulan Sya’ban, bagaimana mungkin akan sampai kepada memanen rohmat di bulan Romadhon.
3-       رَجَبُ يُطَهِّرُ اْلبَدَنَ وَشَعْبَانُ يُطَهِّرُ اْلقَلْبَ وَرَمَضَانُ  يُطَهِّرُ الرُّوْحَ
3. Rajab adalah bulan membersihkan badan, Sya’ban adalah bulan membersihkan hati dan Romadhon adalah bulan membersihkan Ruh.
4-       رَجَبُ لِلسَّابِقِيْنَ وَشَعْبَانُ لِلْمُقْتَصِدِيْنَ وَرَمَضَانُ لِلظَّالِمِيْنَ
4. Rajab adalah bulan bagi orang-orang yang lebih dulu, Sya’ban adalah bulan bagi orang yang sederhana, dan Romadhon adalah bulan bagi orang-orang yang dzolim.
5-       رَجَبُ ِلاسْتِغْفَارِ الذُّنُوْبِ وَشَعْبَانُ لِسَتْرِ اْلعُيُوْبِ وَرَمَضَانُ لِتَنْوِيْرِ اْلقُلُوْبِ
5. Rajab adalah bulan untuk memohon ampun dari dosa-dosa, Sya’ban adalah bulan untuk menutup segala ‘aib, dan Romadhon adalah bulan untuk menerangi hati.
6-       السَّنَةُ شَجَرَةٌ وَرَجَبُ أَيَّامُ إِيْرَاقِهَا وَشَعْبَانُ أَيَّامُ إِثْمَارِهَا وَرَمَضَانُ أَيَّامُ قُطَافِهَا
6. Hitungan tahun merupakan pohonnya, bulan Rajab merupakan hari-hari tumbuhnya daun, bulan Sya’ban merupakan hari berbuahnya sedangkan bulan Romadhon merupakan hari-hari memetiknya
7-       رَجَبُ خُصَّ بِالْمَغْفِرَةِ مِنَ اللهِ وَشَعْبَانُ بِالشَّفَاعَةِ وَرَمَضَانُ بِتَضْعِيْفِ اْلحَسَنَاتِ
7. Bulan Rajab khusus untuk mendapat ampunan Allah, bulan Sya’ban khusus untuk mendapat Syafa’at sedangkan bulan Romadhon khusus untuk mendapat kebaikan yang berlipat.”
8-       رَجَبُ شَهْرُ التَّوْبَةِ وَشَعْبَانُ شَهْرُ اْلمَحَبَّةِ وَرَمَضَانُ شَهْرُ الْقُرْبَةِ
8. Rajab adalah bulan taubat, Sya’ban adalah bulan mahabbah (cinta kasih), Romadhon adalah bulan Qurbah (kedekatan diri dengan Allah).
9-       مَثَلُ رَجَبَ مَثَلُ الرِّيَاحِ وَشَعْبَانَ كَالسَّحَابِ وَرَمَضَانَ كَاْلمَطَرِ
9. Bulan Rajab bagaikan anginnya, bulan Sya’ban bagaikan awannya, sedangkan bulan Romadhon bagaikan hujannya.
10-رَجَبُ شَهْرُ التَّهْلِيْلِ وَشَعْبَانُ شَهْرُ التَّسْبِيْحِ وَرَمَضَانُ شَهْرُ التَّحْمِيْدِ.
10. Bulan Rajab adalah bulan untuk membaca Lailahaillallah, bulan Sya’ban adalah bulan untuk membaca Subhanallah, bulan Ramadhan adalah bulan untuk membaca Alhamdulillah.
11-رَجَبُ لِتَرْكِ اْلآفَاتِ, وَشَعْبَانُ ِلاسْتِعْمَالِ الطَّاعَاتِ وَرَمَضَانُ ِلانْتِظَارِ اْلكَرَامَاتِ, فَمَنْ لَمْ يَتْرُكِ اْلآفَاتِ وَلَمْ يَسْتَعْمِلِ الطَّاعَاتِ وَلَمْ يَنْتَظِرِ اْلكَرَامَاتِ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ التُّرَّهَاتِ
11. Bulan Rajab adalah bulan untuk meninggalkan segala kejelekan, bulan Sya’ban adalah bulan untuk meningkatkan keta’atan, bulan Ramadhan adalah bulan untuk menanti limpahan kemuliaan dari Allah ta’ala, maka orang yang tidak mau meninggalkan segala kejelekan, tidak mau meningkatkan keta’atan, tidak mau  menanti limpahan kemuliaan dari Allah ta’ala, maka ia termasuk orang yang berdusta.
12-الحَسَنَةُ فِى سَائِرِ الشُّهُوْرِ بِعَشْرٍ وَفِيْ رَجَبَ بِسَبْعِيْنَ وَفِيْ شَعْبَانَ بِسَبْعِمِائَةٍ وَفِيْ رَمَضَانَ بِأَلْفٍ.
12. Satu kebaikan di bulan-bulan yang lain mendapat pahala 10 x lipat. Pada bulan Rajab 70 x lipat, bulan Sya’ban 700 x lipat dan bulan Romadhon 1000x lipat.
Wallahu ‘alam
Mudah-mudahan bermanfaat.
Di ambil dari:
“Risalah Rajab oleh Majlis Al-Ihya Bogor”
https://senitea.wordpress.com/2012/05/22/selamat-datang-bulan-rajab/

PERINGATILAH HARI KARTINI, WALAUPUN HANYA DENGAN MEMBACA TULISAN INI


Setiap tanggal 21 april selalu diperingati sebagai hari kartini. Sangat baik memang memperingati hari kelahiran kartini sebagai wujud rasa terima kasih atas perjuangan kartini dalam rangka mendapat kemerdekaan nasional umumnya, khususnya kemerdekaan bagi kaum perempuan. Namun sayang, peringatan saat ini rasanya tidak lagi sesuai dengan yang diharapkan oleh Kartini.

Kartini selalu dikisahkan sebagai seorang keturunan ningrat yang  berjuang menuntut hak-hak perempuan disetarakan dengan kaum laki-laki, tokoh yang tetap berkarya walaupun dalam kondisi dipingit, seorang istri bupati, dan seorang tokoh yang mati muda. Tidak banyak yang tahu bahwa kartini adalah seorang murid dari seorang ulama besar, ulama yang juga menjadi guru dari kyai-kyai besar nusantara, Hadratussyaikh K.H. Hasyim As’ari (Pendiri NU), K.H. Ahmad Dahlan (Muhammadiyah), K.H. Moenawir Krapyak, dll.

Sejarah memang telah dipudarkan, sejarah kartini mengaji Al Qur’an dengan didampingi Romo Kyai Sholeh Darat - Semarang tidak pernah dikisahkan oleh guru di sekolah. ( lha wong gurune he ra tau ngaji Qur’an, hihihi). Yang diceritakan Cuma “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Tidak banyak yang tau bahwa Kartini adalah pelopor penerjemahan Al Qur’an dalam bahasa Jawa. Cita-cita kartini terhadap Al Qur’an juga tidak banyak dimengerti oleh kaum wanita sekarang ini.

Suatu ketika diadakan pengajian di rumah paman Kartini (Bupati Demak), Kartini turut serta dalam pengajian yang saat itu membahas tentang arti dari Surat Al-Fatihah oleh Romo Kyai Simbah Sholeh Darat - Semarang. Setelah selesai pengajian Kartini yang masih kecil merengek-rengek pada pamannya agar bisa bertemu dengan Kyai Sholeh Darat – Semarang. Agar mudah di pahami, sekiranya seperti berikut inilah pertemuan antara Kartini dengan Simbah Sholeh :

“Romo Kyai, panjenengan tadi mengartikan Al Qur’an dengan bahasa Jawa, hati saya merasa tenteram ketika mendengarnya, Romo Kyai, betapa senangnya saya bila panjenengan bersedia untuk menafsirkan seluruh isi Al Qur’an 30 jus dengan Bahasa Jawa, supaya dapat menjadi pedoman saya dan rekan-rekan saya kaum perempuan tanah Jawa.” Ujar kartini

Kemudian Mbah Sholeh Darat menjawab, “Nduk, Kartini, menafsirkan Qur’an itu tidak semudah yang dibayangkan, tidak semua orang yang boleh menafsirkan Al Qur’an, orang boleh menafsirkan Al Qur’an itu syaratnya harus memiliki ilmu bantu yang lengkap, mulai dari ilmu nahnusoro, gramatika arab, nasen mansuh, ashabul huruf, ashabul nuzul, dan lainnya, setelah menguasahi semuanya baru boleh untuk menafsiri Al Qur’an, Kartini, tidak gampang lho menafsirkan Al Qur’an.”

Kartini yang keinginan kuat kembali berujar pada Kyai, “ Mohon maaf Romo Kyai, permohonan saya agar panjenengan menafsirkan Al Qur’an dengan Bahasa Jawa mohon dipenuhi, karena saya mempunyai keyakinan bahwa segala ilmu untuk menafsirkan Al Qur’an panjenegan sudah mengkuasahi, Romo Kyai.”

Mendengar ucapan itu Mbah Sholeh Ndarat lalu tertunduk, beliau mencucurkan air mata tak kuasaha menahan haru atas keteguhan Kartini. Pada kesempatan mengaji selanjutnya Simbah Sholeh mengatakan sesuatu pada Kartini, yaitu : “Kartini, doakan ya, semoga saya bisa mengartikan Al-Qur’an 30 jus menggunakan bahasa Jawa”

Begitulah sedikit gambaran tentang cita-cita Kartini tentang Al Qur’an untuk perempuan Nusantara. Kartini sangat menginginkan agar perempuan Indonesia terus belajar dan mengaji AL-QUR’AN. Sudah sepatutnya seorang perempuan Indonesia tidak hanya sibuk pergi ke Salon Kecantikan ketika peringatan hari Kartini. Tidak sepantasnya seorang pria berdandan atau memakai pakaian wanita sebagai lelucon bahan tertawaan dalam peringatan hari Kartini.

Kembali ke kisah…

Simbah Sholeh Darat kemudian mulai menafsirkan, saat itu penjajah melarang keras penafsiran terhadap Al Qur’an. Namun larangan itu tidak menghalangi Simbah Sholeh Darat untuk memenuhi permohonan dari Kartini. Untuk mengelabuhi pengawasan dari penjajah Simbah Sholeh menulis arti dari Al Qur’an dengan menggunakan huruf Pegon. (mesthi ra ngerti opo iku huruf Pegon, ngaji meneh karo mbah kyai, ojo mbah gugel)

Simbah Sholeh melanggar larangan dari penjajah, beliau menerjemahkan Al Qur’an dengan ditulis dengan huruf arab gundul alias pegon sihingga tidak dicurigai penjajah . Jadi tulisannya arab, tapi bacaannya bahasa jawa. (esek ra dong? Takon pacarmu wae mbok menowo bisa njelasne luwih genah, hohoho)

Belum selesai 30 jus, tepatnya ketika sudah 13 jus beliau mencetak terjemahan tersebut di Singapore, dan kitab terjemahan Al Qur’an berbahasa Jawa dengan aksara arab pertama di Nusantara itu diberi judul Kitab Faidhur-Rohman Fii Tafsiri Ayatul Qur’an. Ingat… penafsiran itu atas usul R.A. Kartini. 

Mung Sayang, sejarahe mbiyen Kartini ngaji Qur’an ing ngarsane Simbah Sholeh Darat – Semarang mboten nate dipun terangaken dening guru-guru wonten sekolahan, leres? (soale gurune dew era tau ngaji, hahaha)

Pada saat kartini menikah dengan Bupati Rembang R.M. Joyodiningrat, Simbah Kyai Sholeh Darat hadir dengan membawa kado berupa Kitab terjemahan Al Qur’an berbahasa Jawa pertama di Nusantara, yaitu  Kitab Faidhur-Rohman. Kartini sangat bahagia dengan hadiah yang dibawa oleh Simbah Sholeh, dia kemudian berkata :

 Selama ini Al-Fatihah gelap bagi saya.  Saya tak mengerti sedikitpun maknanya. Tetapi sejak hari  ini ia menjadi terang-benderang sampai kepada makna tersiratnya,  sebab Romo Kyai telah menerangkannya dalam bahasa Jawa  yang saya pahami.”

Melalui terjemahan Mbah Sholeh Darat itulah RA Kartini menemukan ayat yang amat menyentuh nuraninya yaitu:

Orang-orang beriman dibimbing Alloh dari gelap menuju cahaya (Q.S. al-Baqoroh: 257)

Inilah mungkin yang menjadi dasar dari buku “Habis Gelap Terbitlah Terang”, selama ini dasar penamaan itu adalah hanya sekedar kumpulan dari surat-menyurat beliau…

Terang dalam bahasa jawa adalah PADHANG… leres? Maka dari itu orang jawa punya syi’iran :
Padhang bulan… padhange koyo rino… rembulane.. sing awe-awe… ngelingake.. ojo podo turu sore… rene tak critani kanggo sebo mengko sore…

Sangat disayangkan kisah ini jarang diceritakan kepada anak-nak Indonesia, peringatan kartini seringkali hanya dengan konser, fashion show kebaya, bapak masak, bapak pake daster, dan lainnya yang tentunya sangat bertentangan dengan cita-cita kartini.
Saran :

Mari kita peringati hari kartini dengan memperbanyak membaca Al Qur’an dan berguru pada kyai. 

Betapa indahnya bila kita peringati dengan berkumpul bersama membaca Al Qur’an, saling menyimak, bila ada yang salah dalam membaca kita koreksi bersama.

Betapa indahnya apabila kita peringati hari kartini dengan mendoakan Almarhum R.A.Kartini, kita bacakan Surah Yaasin dan Tahlil.

Betapa bahagianya Almarhum apabila kita semua mengirimkan doa untuknya, marilah kita peringati hari kartini dengan kebijaksanaan, bukan dengan hura-hura cegengesan kemaksiatan.

Summa khususon ilaa ruuhi R.A.KARTINI, Al-Fatihah….

Mari kita gunakan momentum hari kartini ini untuk kita bersama tingkatnya membaca Al Qur’an kita. Berkah Kartini mengaji Al Qur’an adalah namanya harum dan selalu dikenang.

TAMBAHAN …..
20 April 2015 kita telah memasuki bulan Rajab, bulan menanam amal. Marilah kita sambut dengan beberapa sunnah :
Sunnah Shiam (puasa) tanggal 1,2,3 dan juga memperbanyak di hari-hari selanjutnya.
Sunnah membaca “Subhanal hayyil qoyyum” 100 x pada sepuluh hari pertama bulan Rajab, dan membaca “Subhanallahil Ahadis Shomad” 100 x pada sepuluh hari kedua, dan membaca “Subhanallahirrouuf” 100 x pada sepuluh hari ketiga
Sholat sunnah 20 rakaat dng 10 X salam pada salah satu hari di bulan rajab setelah sholat magrib.
Subhanallah walhamdulillah walailahaillah allahuakbar wala haula wala kuwata illabillahil aliyil adzim.
Allahumma Bariklana Fii Rajaba Wabaligna Wasya'bana Romadhona.

FARID NUR ROHMAN, Bwn.XX
Referensi :
K.H. Ahmad Khalwani (Shoutuna FM, 28 April 2014)
http://pelitatangerang.xtgem.com/index/__xtblog_entry/62115-kh-sholeh-darat-semarang-jawa-tengah?__xtblog_block_id=1 
http://www.sarkub.com/2012/ra-kartini-dan-kyai-sholeh-darat-sejarah-bangsa-yang-digelapkan-orientalis-belanda/


Sabtu, 11 April 2015

K.H. Sholeh Darat adalah Guru R.A. Kartini, K.H. Hasyim As'ari, K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Moenawir, dan Ulama Besar Lainnya

Semoga Dengan Bacaan Ini  Bangsa Indonesia Tidak Lagi 

Hanya Sibuk Di Salon Kecantikan dalam Memperingati Hari Kartini

Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Ia adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hinggaHamengkubuwana VI. Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi, maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.

Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.

Surat Curhat Galau
Dalam suratnya kepada Stella Zihandelaar bertanggal 6 November 1899, RA Kartini menulis;
Mengenai agamaku, Islam, aku harus menceritakan apa? Islam melarang umatnya mendiskusikan ajaran agamanya dengan umat lain. Lagi pula, aku beragama Islam karena nenek moyangku Islam. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, jika aku tidak mengerti dan tidak boleh memahaminya?
Alquran terlalu suci; tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apa pun, agar bisa dipahami setiap Muslim. Di sini tidak ada orang yang mengerti Bahasa Arab. Di sini, orang belajar Alquran tapi tidak memahami apa yang dibaca.
Aku pikir, adalah gila orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang dibaca. Itu sama halnya engkau menyuruh aku menghafal Bahasa Inggris, tapi tidak memberi artinya.
Aku pikir, tidak jadi orang soleh pun tidak apa-apa asalkan jadi orang baik hati. Bukankah begitu Stella?

RA Kartini melanjutkan curhat-nya, tapi kali ini dalam surat bertanggal 15 Agustus 1902 yang dikirim ke Ny Abendanon.
Dan waktu itu aku tidak mau lagi melakukan hal-hal yang tidak tahu apa perlu dan manfaatnya. Aku tidak mau lagi membaca Alquran, belajar menghafal perumpamaan-perumpamaan dengan bahasa asing yang tidak aku mengerti artinya.
Jangan-jangan, guruku pun tidak mengerti artinya. Katakanlah kepada aku apa artinya, nanti aku akan mempelajari apa saja. Aku berdosa. Kita ini teralu suci, sehingga kami tidak boleh mengerti apa artinya.

Bertemu Kyai Sholeh Darat
Kalau membaca surat surat Kartini yang diterbitkan oleh Abendanon dari Belanda, terkesan Raden Ajeng Kartini sudah jadi sekuler dan penganut feminisme. Namun kisah berikut ini semoga bisa memberi informasi baru mengenai apresiasi Kartini pada Islam dan Ilmu Tasawuf.
Mengapa? Karena dalam surat surat RA Kartini yang notabene sudah diedit dan dalam pengawasan Abendanon yang notabene merupakan aparat pemerintah kolonial Belanda plus Orientalis itu, dalam surat surat Kartini beliu sama sekali tidak menceritakan pertemuannya dengan Kyai Sholeh bin Umar dari Darat, Semarang — lebih dikenal dengan sebutan Kyai Sholeh Darat. Alhamdullilah, Ibu Fadhila Sholeh, cucu Kyai Sholeh Darat, tergerak menuliskan kisah ini.

Takdir, menurut Ny Fadihila Sholeh, mempertemukan Kartini dengan Kyai Sholel Darat. Pertemuan terjadi dalam acara pengajian di rumah Bupati Demak Pangeran Ario Hadiningrat, yang juga pamannya.

Kemudian ketika berkunjung ke rumah pamannya, seorang Bupati Demak, RA Kartini menyempatkan diri mengikuti pengajian yang diberikan oleh Mbah Sholeh Darat. Saat itu beliau sedang mengajarkan tafsir Surat al-Fatihah. RA Kartini menjadi amat tertarik dengan Mbah Sholeh Darat.

Kyai Sholeh Darat memberikan ceramah tentang tafsir Al-Fatihah. Kartini tertegun. Sepanjang pengajian, Kartini seakan tak sempat memalingkan mata dari sosok Kyai Sholeh Darat, dan telinganya menangkap kata demi kata yang disampaikan sang penceramah.
Ini bisa dipahami karena selama ini Kartini hanya tahu membaca Al Fatihah, tanpa pernah tahu makna ayat-ayat itu.

Setelah pengajian, Kartini mendesak pamannya untuk menemaninya menemui Kyai Sholeh Darat. Sang paman tak bisa mengelak, karena Kartini merengek-rengek seperti anak kecil. Berikut dialog Kartini-Kyai Sholeh.

“Kyai, perkenankan saya bertanya bagaimana hukumnya apabila seorang berilmu menyembunyikan ilmunya?” Kartini membuka dialog.
Kyai Sholeh tertegun, tapi tak lama. “Mengapa Raden Ajeng bertanya demikian?” Kyai Sholeh balik bertanya.

“Kyai, selama hidupku baru kali ini aku berkesempatan memahami makna surat Al Fatihah, surat pertama dan induk Al Quran. Isinya begitu indah, menggetarkan sanubariku,” ujar Kartini.

Kyai Sholeh tertegun. Sang guru seolah tak punya kata untuk menyela. Kartini melanjutkan; “Bukan buatan rasa syukur hati ini kepada Allah. Namun, aku heran mengapa selama ini para ulama melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al Quran ke dalam Bahasa Jawa. Bukankah Al Quran adalah bimbingan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?”

Dialog berhenti sampai di situ. Ny Fadhila menulis Kyai Sholeh tak bisa berkata apa-apa kecuali subhanallah. Kartini telah menggugah kesadaran Kyai Sholeh untuk melakukan pekerjaan besar; menerjemahkan Alquran ke dalam Bahasa Jawa.

Habis Gelap Terbitlah Terang
Dalam pertemuan itu RA Kartini meminta agar Qur’an diterjemahkan karena menurutnya  tidak ada gunanya membaca kitab suci yang tidak diketahui artinya.  Tetapi pada waktu itu penjajah Belanda secara resmi melarang orang menerjemahkan al-Qur’an.  Mbah Sholeh Darat melanggar larangan ini, Beliau menerjemahkan Qur’an dengan ditulis dalam huruf “arab gundul” (pegon) sehingga tak dicurigai penjajah.

Kitab tafsir dan terjemahan Qur’an ini diberi nama Kitab Faidhur-Rohman, tafsir pertama di Nusantara dalam bahasa Jawa dengan aksara Arab. Kitab ini pula yang dihadiahkannya kepada R.A. Kartini pada saat dia menikah  dengan R.M. Joyodiningrat, seorang Bupati Rembang.  Kartini amat menyukai hadiah itu dan mengatakan:
Selama ini Al-Fatihah gelap bagi saya.  Saya tak mengerti sedikitpun maknanya. Tetapi sejak hari  ini ia menjadi terang-benderang sampai kepada makna tersiratnya,  sebab Romo Kyai telah menerangkannya dalam bahasa Jawa  yang saya pahami.”
{inilah dasar dari buku “Habis gelap terbitlah terang” bukan dari sekumpulan surat menyurat beliau,.. sejarah telah di simpangkan, (penulis red)}.
Melalui terjemahan Mbah Sholeh Darat itulah RA Kartini menemukan ayat yang amat menyentuh nuraninya yaitu:

Orang-orang beriman dibimbing Alloh dari gelap menuju cahaya (Q.S. al-Baqoroh: 257).

Dalam banyak suratnya kepada Abendanon,  Kartini banyak mengulang kata “Dari gelap menuju cahaya” yang ditulisnya dalam bahasa Belanda: “Door Duisternis Toot Licht.” Oleh Armijn Pane ungkapan ini diterjemahkan menjadi “Habis Gelap Terbitlah Terang,” yang menjadi judul untuk buku kumpulan surat-menyuratnya. 

Surat yang diterjemahkan Kyai Sholeh adalah Al Fatihah sampai Surat Ibrahim. Kartini mempelajarinya secara serius, hampir di setiap waktu luangnya. Namun sayangnya penerjemahan Kitab Faidhur-Rohman ini tidak selesai karena Mbah Kyai Sholeh Darat keburu wafat.

Kyai Sholeh membawa Kartini ke perjalanan transformasi spiritual. Pandangan Kartini tentang Barat (baca: Eropa) berubah. Perhatikan surat Kartini bertanggal 27 Oktober 1902 kepada Ny Abendanon.

Sudah lewat masanya, semula kami mengira masyarakat Eropa itu benar-benar yang terbaik, tiada tara. Maafkan kami. Apakah ibu menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal yang sama sekali tidak patut disebut peradaban.
Tidak sekali-kali kami hendak menjadikan murid-murid kami sebagai orang setengah Eropa, atau orang Jawa kebarat-baratan.

Dalam suratnya kepada Ny Van Kol, tanggal 21 Juli 1902, Kartini juga menulis; 
Saya bertekad dan berupaya memperbaiki citra Islam, yang selama ini kerap menjadi sasaran fitnah. Semoga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat agama lain memandang Islam sebagai agama disukai.

Lalu dalam surat ke Ny Abendanon, bertanggal 1 Agustus 1903, Kartini menulis;
Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu Hamba Allah.


Siapa Simbah Kyai Sholeh Darat Semarang itu?



Salah ulama’ yang merupakan embahnya para ulama di Jawa adalah Kyai Saleh Darat, seorang waliyullah yg menjadi guru dari ulama-ulama’ yang mendirikan NU dan Muhammadiyyah, seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH Mahfuzd (pendiri Ponpes Termas, Pacitan), KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), KH Idris (pendiri Ponpes Jamsaren, Solo), KH Sya’ban (ulama ahli falaq dari Semarang), Penghulu Tafsir Anom dari Keraton Surakarta, KH Dalhar (pendiri Ponpes Watucongol, Muntilan), dan Kiai Moenawir (Krapyak Yogyakarta), selain itu beliau juga merupakan guru spiritualitas RA. Kartini. Dengan demikian dapat dikatakan, Kiai Saleh Darat merupakan guru bagi ulama-ulama besar di Tanah Jawa. Bahkan Nusantara. Memang, Kiai Saleh Darat tak sepopuler tokoh lain. Ironis? Tentu saja. Sebab semasa hidupnya, Kiai Saleh Darat mashur di seantero Tanah Jawa, Nusantara, bahkan Asia Tenggara sebagai penulis kitab-kitab fikih, teologi, tassawuf, serta ilmu falak dengan gaya pegon (berhuruf Arab dengan bahasa Jawa).
Perjalanan Intelektual Beliau KH.Soleh Darat merupakan sosok ulama yang memilki andil besar dalam penyebaran Islam di Pantai Utara jawa Khususnnya di Semarang. Kiai Saleh Darat lahir di Desa Kedung Jumbleng, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara pada sekitar tahun 1820 dengan nama Muhammad Shalih. Dalam kitab-kitab yang ditulisnya, dia acap menggunakan nama Syeikh Haji Muhammad Shalih ibn Umar Alsamarani. pemberian nama Darat diselempangkan ke pundak beliau karena tinggal di kawasan dekat pantai utara Semarang yakni, tempat berlabuhnya orang-orang dari luar Jawa. Kini, nama Darat tetap lestari dan dijadikan prasasti nama kampung, Nipah Darat dan Darat Tirto. Saat ini kampung Darat masuk dalam wilayah Kelurahan Dadapsari, Kecamatan Semarang Utara.
Ayahnya, KH Umar, adalah ulama terkemuka yang dipercaya Pangeran Diponegoro dalam perang Jawa melawan Belanda di wilayah pesisir utara Jawa. Setelah mendapat bekal ilmu agama dari ayahnya, Saleh kecil mulai mengembara, belajar dari satu ulama ke ulama lain. Tercatat KH Syahid Waturaja (belajar kitab fiqih, seperti Fath al-Qarib, Fath Al Mu’in, Minhaj al-Qawim, dan Syarb al-Khatib).
Kyai Saleh Darat menimba ilmu di pesantren-pesantren pada jamannya, ia banyak berjumpa dengan kyai-kyai masyhur yang dikenal memiliki kedalaman serta keluasan ilmu batin, dan kemudian menjadi gurunya. Di antara nama kondang tersebut salah satunya adalah K.H. M. Sahid yang merupakan cucu dari Syaikh Ahmad Mutamakkin, seorang ulama asal Desa Kajen, Margoyoso, Pati Jawa Tengah yang hidup di jaman Mataram Kartosuro pada sekitar abad ke-18. Dari Syaikhnya itulah, ia belajar beberapa kitab fiqh, seperti Fath al-Qarib, Fath al-Mu’in, Minhaj al-Qawim dan, Syarh al-Khatib. Terdapat catatan bahwa, karena kitab-kitab tersebut bukanlah “kelas” pengantar, maka mempelajarinya tak pelak membutuhkan waktu relatif lama. Safari perjalanan keilmuannya berlanjut kepada Kyai Raden Haji Muhammad Salih ibn Asnawi, di Kudus. Dari padanya beliau mengkaji Kitab Al-Jalalain al-Suyuti. Di Semarang beliau mendalami nahwu dan sharaf dari Kyai Iskak Damaran, kemudian belajar ilmu falak dari Kyai Abu Abdillah Muhammad al-Hadi ibn Baquni. Berlanjut kepada Ahmad Bafaqih Ba’lawi demi mengkritisi kajian Jauharah at-Tauhid buah karya Syaikh Ibrahim al-Laqani dan Minhaj al-Abidin karya Al-Ghazali.
Masih di kota loenpia, Semarang-lah, Kitab Masa’il as-Sittin karya Abu al-Abbas Ahmad al-Misri, sebuah depiksi tentang ajaran dasar Islam populer di Jawa sekitar abad ke- 19, dicernanya dengan tuntas dari Syaikh Abdul al-Ghani. Tak pernah puas, haus ilmu, itulah sifat setiap ulama. Demikian pula beliau, nyantri kepada Kyai Syada’ dan Kyai Murtadla’ pun dijalaninya yang kemudian menjadikannya sebagai menantu.
Setelah menikah, Sholeh Darat merantau ke Mekkah, Di tanah haram, dia berguru kepada ulama-ulama besar, antara lain Syaikh Muhammad Almarqi, Syaikh Muhammad Sulaiman Hasballah, Syaikh Sayid Muhammad Zein Dahlan, Syaikh Zahid, Syaikh Umar Assyani, Syaikh Yusuf Almisri serta Syaikh Jamal Mufti Hanafi. Beberapa santri seangkatannya, antara lain KH Muhamad Nawawi Banten (Syaikh Nawawi Aljawi) dan KH Cholil Bangkalan.
Sepulang dari Makkah, Muhammad Saleh mengajar di Pondok Pesantren Darat milik mertuanya KH Murtadlo. Semenjak kedatangannya, pesantren itu berkembang pesat. Di pesantren inilah ulama’-ulama’ seperti ; KH Sya’ban, Kiai Moenawir, KH Ahmad Dahlan, KH Idris, KH. Hasyim Asy’ari, KH Mahfuzd menuntut ilmu kepada beliau.
Kepribadian beliau Beliau adalah sosok yang sederhana dan bersahaja, Kesederhanaan yang ditopang kebersahajaan pribadinya, membuatnya selalu merendah dan menyebut dirinya sendiri sebagai orang Jawa yang tak faham seluk-beluk centang-perenang bahasa Arab. İni terlihat dari karangan-karangan beliau dimana pada setiap prolog selalu tertulis, “buku ini dipersembahkan kepada orang awam dan orang-orang bodoh seperti saya”. Dalam Terjemahan Matan al-Hikam pada pendahuluannya tertera begini, “Ini kitab ringkasan dari Matan al-Hikam karya Al-Alamah al-Arif billah Asy-Syaikh Ahmad Ibn Ata’illah, saya ringkas sepertiga dari asal, agar memudahkan terhadap orang awam seperti saya, saya terjemahkan dengan bahasa Jawa agar cepat paham bagi orang yang belajar agama atau mengaji. Ternyata, basis pemikiran sederhana ini, justru memotivasinya untuk melahirkan beragam karya intelektual yang bertujuan terarah yakni, pembelajaran murah-meriah dan sederhana kepada orang Jawa yang tak mengerti benar bahasa Arab. Niat tulus inilah yang di kemudian hari diwujudkannya dalam bentuk buku tafsir atas kitab berbahasa Arab yang telah disuntingnya ke dalam bahasa Jawa.
Pemikiran dan ajaran beliau Kyai Saleh Darat dikenal sebagai pemikir di bidang ilmu kalam. Ia adalah pendukung paham teologi Asy’ariyah dan Maturidiyah. Pembelaannya terhadap paham ini jelas kelihatan dalam bukunya, Tarjamah Sabil al-’Abid ‘ala Jauhar at-Tauhid. Dalam buku ini, ia mengemukakan penafsirannya terhadap sabda Rasulillah SAW mengenai terpecahnya umat islam menjadi 73 golongan sepeninggal Beliau, dan hanya satu golongan yang selamat. Menurut Saleh Darat, yang dimaksud Nabi Muhammad SAW dengan golongan yang selamat adalah mereka yang berkelakuan seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, yaitu melaksanakan pokok-pokok kepercayaan Ahlussunah Waljamaah, Asy’ariyah, dan Maturidiyah. Beliau juga mengajak masyarakat untuk gemar menuntut ilmu. Kyai Saleh Darat selalu menekankan kepada para muridnya untuk giat menuntut ilmu. Beliau berkata “Inti sari Alquran adalah dorongan kepada umat manusia agar mempergunakan akalnya untuk memenuhi tuntutan hidupnya di dunia dan akhirat”. Kiai Saleh Darat memperingatkan kepada orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan dalam keimanannya, bahwa ia akan jatuh pada paham atau keyakinan sesat. Dalam Kitab Tarjamah Sabil al-‘Abid ‘Ala Jauharah al-Tauhid, KH Sholeh Darat menasehati bahwa, orang yang tidak mempunyai ilmu pengetahuan sama sekali dalam keimanannya, akan jatuh pada paham dan pemahaman yang sesat. Sebagai misal, paham kebatinan menegaskan bahwa amal yang diterima oleh Allah Ta ’Ala adalah amaliyah hati yang dipararelkan dengan paham manunggaling kawulo Gusti-nya Syaikh Siti Jenar dan berakhir tragis pada perilaku taklid buta. Iman orang taklid tidak sah menurut ulama muhaqqiqin, demikian tegasnya. Lebih jauh diperingatkan juga, agar masyarakat awam tak terpesona oleh kelakuan orang yang mengaku memiliki ilmu hakekat tapi meninggalkan amalan-amalan syariat lainnya, seperti sholat dan amalan fardhu lainnya.
Kemaksiatan berbungkus kebaikan tetap saja namanya kebatilan, demikian inti petuah religius beliau. Sebagai ulama yang berpikiran maju, ia senantiasa menekankan perlunya ikhtiar dan kerja keras, setelah itu baru bertawakal, menyerahkan semuanya pada Allah. Ia sangat mencela orang yang tidak mau bekerja keras karena memandang segala nasibnya telah ditakdirkan oleh Allah SWT. Ia juga tidak setuju dengan teori kebebasan manusia yang menempatkan manusia sebagai pencipta hakiki atas segala perbuatan.
Tradisi berpikir kritis dan mengajarkan ilmu agama ini terus dikembangkan hingga akhir hayatnya. Karangan-karangan beliau KH Saleh darat banyak menulis kitab-kitab dengan menggunakan bahasa PEGON ( hurup Arab dengan menggunakan Bahasa Jawa). Bahkan Dialah pelopor penulisan buku-buku agama dalam bahasa Jawa. Beliau pula yg menterjemahkan Alquran yakni Kitab Faid ar-Rahman yang merupakan Tafsir pertama di Nusantara yang ditulis dengan Hurup Pegon, Terjemahan Alquran dalam aneka versi bahasa, bukan hal asing lagi sekarang. Tapi, tidak di era akhir tahun 1800-an. Penjajah Belanda tidak melarang orang mempelajari Alquran, asal jangan diterjemahkan. Beliau menabrak larangan tak tertulis itu dengan mengakalinya, yakni dengan menulisnya menggunakan arab jawa atau Pegon sehingga tidak diketahui oleh belanda. Kitab inilah yang beliau hadiahkan kepada RA Kartini sebagai Kado pernikahannya dengan RM Joyodiningrat yang menjabat sebagai bupati Rembang. Kartini sungguh girang menerima hadiah itu.
”Selama ini surat Al Fatihah gelap bagi saya, saya tidak mengerti sedikit pun akan maknanya, tetapi sejak hari ini ia menjadi terang benderang sampai kepada makna yang tersirat sekali pun, karena Romo Kiai menjelaskannya dalam bahasa Jawa yang saya pahami” demikian Kartini berujar saat ia mengikuti pengajian Saleh Darat di pendopo Kesultanan Demak.
Karya karya beliau lainnya adalah Kitab Majmu’ah asy-Syariah, Al Kafiyah li al-’Awwam (Buku Kumpulan Syariat yang Pantas bagi Orang Awam), dan kitab Munjiyat (Buku tentang Penyelamat) yang merupakan saduran dari buku Ihya’ ‘Ulum ad-Din karya Imam Al Ghazali, Kitab Al Hikam (Buku tentang Hikmah), Kitab Lata’if at-Taharah (Buku tentang Rahasia Bersuci), Kitab Manasik al-Hajj, Kitab Pasalatan, Tarjamah Sabil Al-’Abid ‘ala Jauharah at-Tauhid, Mursyid al Wajiz, Minhaj al-Atqiya’, Kitab hadis al-Mi’raj, dan Kitab Asrar as-Salah.Hingga kini Karya-karya beliau masih di baca di pondok-pondok pesantren Di jawa.
Wafatnya Beliau Kyai Saleh Darat wafat di Semarang pada hari “Jum’at Wage” tanggal 28 Ramadan 1321 H/ 18 Desember 1903 dan dimakamkan di pemakaman umum “Bergota” Semarang. dalam usia 83 tahun. Meski demikian, haul-nya dilaksanakan baru pada 10 Syawal. Itu semata-mata agar masyarakat bisa mengikutinya dengan leluasa, setelah merayakan Lebaran dan Syawalan. Pada hari itu masyarakat dari berbagai penjuru kota menghadiri haul Kiai Saleh Darat di kompleks pemakaman umum Bergota Semarang. Banyaknya umat yang hadir dalam acara itu, seolah menjadi tengara kebesaran namanya. Tak dapat dipungkiri, ulama akbar itu memang telah menjadi ikon Semarang di masa lalu.

Sumber Referensi :
* http://pelitatangerang.xtgem.com/index/__xtblog_entry/62115-kh-sholeh-darat-semarang-jawa-tengah?__xtblog_block_id=1 
* http://www.sarkub.com/2012/ra-kartini-dan-kyai-sholeh-darat-sejarah-bangsa-yang-digelapkan-orientalis-belanda/

Mohon Diklik dan Suka/Like/Seneng

Pengikut

 

BANGUNLAH

Dimana Semua Bangsa

SUATU DUNIA

Hidup Dalam Damai

Dan Persaudaraan

Kita Harus Tau

“Apakah Kelemahan kita: Kelemahan kita ialah, kita kurang percaya diri kita sebagai bangsa, sehingga kita menjadi bangsa penjiplak luar negeri, kurang mempercayai satu sama lain, padahal kita ini asalnya adalah Rakyat Gotong Royong”

Pendapat untuk blog ini ?

 
Blogger Templates