PERTANYAAN :
Adhli, kok kalian anak-anak KMNU nggak pernah ikut aksi sih? Kita kan mahasiswa?
JAWAB :
Terima kasih atas pertanyaannya, semoga
anda terus berada dalam lindungan Allah yang Maha Kuasa lagi Perkasa.
Mungkin ini juga pertanyaan banyak orang yang sepemikiran dengan anda.
Maka, ribuan terima kasih atas perhatian dan ketulusan anda menanyakan
hal ini.
Ada pun jawaban saya....
Ketahuilah, tidak semua dari kami tidak
mau turun ke jalan. Ada juga yang memilih turun ke jalan menyuarakan
pendapatnya dan menuntut pihak yang terkait mengikuti serta mengabulkan
usulannya. Namun, saya tidak memungkiri bahwa mayoritas dari kami memang
lebih memilih cara lain dibanding cara ini.
Perlu anda ketahui bahwa kami melakukan
hal ini bukan karena kami tidak peduli. Tidak. Sekali lagi Tidak. Tidak
pantas tuduhan seperti itu diarahkan pada kami. Kami mengambil jalan ini
sebagaimana dulu kami dididik oleh guru-guru yang berakhlak dan
beradab.
Ketahuilah, kami dididik dalam dua tangan kasih sayang, yakni Ilmu dan Ibadah. Ini juga yang menjadi tonggak pemikiran Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama.
Ketahuilah dan yakinilah, bahwa kami juga mahasiswa, pemuda negeri ini,
penerus estafet kepemimpinan negara tercinta. Di dalam darah kami juga
mengalir semangat juang membangun dan memajukan negeri. Namun, sebelum
menjadi apapun kami adalah seorang cendikiawan muslim. Kami bersuara
dengan karya, dengan tulisan, atau dengan mimbar retoris podium ilmiah
dihadapan para elite negeri ini. Kami adalah pejuang suara rakyat dari
jalur ilmiah. Berbicara lantang dalam tradisi keilmiahan cendikiawan
dihadapan para petinggi negeri. Tak perlulah menyebut siapa saja yang
kami hadapi. Tapi ketahuilah, tugas turun ke jalan biarlah diambil alih
oleh orang lain. Tugas kami adalah menjadi figur ilmiah, cendikiawan
elite muslim, dan pemikir bangsa yang duduk bersahaja namun tetap
berwibawa yang menemani para elite negara ini dengan tetap
menasehatinya.
Kami tidak mengetuk pintu kantor orang
untuk meminta tolong. Atau berteriak lantang menyuruh keluar penghuni
kantor yang sedang bekerja. Atau mengkritik presiden ditengah jalan atau
di depan istananya. Untuk apa kami meminta tolong kepada mereka?
Sebenarnya kami juga berdemonstrasi, tapi bukan ditengah siang bolong
namun disepertiga malam terakhir....
Sebenarnya kami juga berteriak menuntut,
tapi bukan di depan istana presiden atau kantor pejabat publik namun di
hadapan pintu pengharapan dan pertolongan Allah Ta'ala....
Sebenarnya kami juga menahan perih dan
tangis atas keadaan negeri ini, tapi bukan di pinggir jalan raya hingga
menutup sebagian ruasnya, namun di atas sajadah tempat tersungkur sujud
mengharap pada Ilahi....
Demikian jawabanku, semoga bermanfaat.
Wallahu a'lam
Adhli Al Karni
http://kmnu.or.id/konten-213-kenapa-anakanak-kmnu-nggak-pernah-ikut-aksi.html
0 komentar:
Posting Komentar